Where you can get Encore Magz with free!
Jakarta :
Kansas UI, crooz, error, nanonine, cafe Au Lait, RuangRupa, Cilandak Town Square, Ak'sara, gummo, bloop
Bandung :
347, airplane, soho, ouval, riotic, rocknrollhaircut, rumahbuku, cafeohlala, monik, illustre, arena, dloops, evil, wdzg, entrance, invictus, cosmic, ommonium, disctarra, circlek, tobucil, flashy, zoebookstore, unpad, unpar, anonim, disconnect, evil, let's shop, frontyard, cafehalaman
encore magz juga bisa didapatkan di: Bali, Jogjakarta, Semarang, dan Makasar!
your comments, band demo or you want to place ur ad, contact us :
Jl. Gama no.8 Cigadung Bandung 40191
Phone : (022) 91294696
Email : encore.magz@gmail.com
http://friendster.com/encoremagz
http://myspace.com/encore_magz
PASAR SENI ITBJeda selama satu tahun tak membuat Pasar Seni kehilangan taringnya. Kini untuk ketujuh kalinya, Pasar Seni ITB kembali digelar Minggu (10/11) lalu. Hajatan besar ITB yang diadakan tiap lima tahun sekali ini terbukti kembali sukses menyedot pengunjung dari dalam dan luar kota.
Area Pasar Seni kali ini bahkan lebih luas dari biasanya. Diramaikan oleh 300 stand dari kalangan umum dan pekerja seni, performance art mahasiswa seni dari berbagai institut dan universitas di Indonesia, dan tiga panggung yang menampilkan tiga jenis hiburan yang berbeda, Pasar Seni ITB 2006 benar-benar menjadi pesta seni satu hari di mana semua orang berkumpul dan berbagi tawa.
***
Panggung utama Pasar Seni ITB terletak persis di gerbang masuk ITB. Dibandingkan area lain di Pasar Seni, panggung utama ini termasuk sepi ketika saya pertama datang sekitar jam 12 siang. Namun saat seorang vokalis berwig kriwil-kriwil naik ke atas panggung dan berteriak, "Serdadu rock maju ke depan!" pengunjung pun mulai menyemut di depan panggung. Yep! Seurieus memanaskan suasana di tengah cuaca panas itu dengan membawakan 7 lagu. Sesekali Candil sang vokalis curhat di sela-sela lagu.
Setelah Seurieus turun panggung, penonton dibuat kagum oleh atraksi yoyo dari Club Yoyo Indonesia. Saya sendiri baru tau bahwa main yoyo bisa se-ekstrem itu. Hehe. Hollywood Nobody tampil berikutnya, disusul oleh Tika dengan suara emasnya yang bikin merinding.
Dan ini dia band yang saya tunggu-tunggu. LAIN membuka performance-nya dengan Loneliness For Sale disambung hits-hits lainnya seperti Ghost's Cell, Train Song, dan Wool sebagai lagu penutup. Performance mereka ini cukup mengobati rasa kangen terhadap LAIN setelah para personelnya sibuk mengurusi side job (atau main job?) mereka (Zeke and The Popo, Sore, Ape on The Roof).
Jiung, band asli Betawi yang membawakan lagu-lagu alm. Benyamin Sueb, tampil habis-habisan sekaligus mengocok perut penonton. Di sela-sela lagu, mereka saling berbalas pantun konyol. Bahkan di lagu terakhir berjudul Ayo Mandi, sang vokalis lelaki berkumis tebal membuka baju hingga tinggal memakai celana boxer-nya, kemudian mandi di dudukan tiang bendera di depan panggung.
Tidak ada yang berbeda ketika The Changcuters tampil. Hanya saja kali ini Tria sang vokalis menggunakan payung sebagai stand mic, dan di lagu Pria Idaman Wanita, mereka berkolaborasi dengan pengamen jalanan asuhan Rumah Musik Harry Roesli (RMHR). Kreatif juga...
Sore membuka penampilan mereka dengan ucapan, "Selamat sore.." Penonton pun ikut bernyanyi di sepanjang lagu. Oyah, di akhir penampilan Sore, penonton di sekitar saya mendadak ribut karena seorang Luna Maya melintas di dekat mereka. Hmm...
Setelah Sore pamit, sekelompok orang naik ke atas panggung membawa alat-alat musik tradisional. Dan siapa itu? Ada bule maen flute. Dari belakang panggung datang wanita cantik berkebaya yang menyapa penonton dengan bahasa Sunda superhalus. Lagu pertama yang dibawakan juga lagu Sunda, tapi sepertinya kurang familiar di telinga penonton. Saat lagu kedua, sebuah lagu dari Minangkabau, dibawakan, penonton mulai menggila. Berjoged mengikuti instruksi mbak vokalis. Menurut panitia, Samba Sunda ini terkenal di luar negeri, tapi di Indonesia sendiri hanya sedikit yang tahu. Mereka membawakan lagu-lagu tradisional dengan aransemen samba, tanpa meninggalkan ciri khas lagu tersebut.
Penampil berikutnya membuat semua penonton lelaki merapat ke bibir panggung. Kembar Srikandi tampil hot menggoyang penonton saat hari menjelang malam. Beberapa lelaki di belakang saya berseru, "Mbak, udah mbak, lemes Mbak." Hehe. Panggung utama ditutup oleh The S.I.G.I.T yang tampil maksimal, as usual.
***
Kampung Tradisi ini lokasinya cukup jauh dari ujung panggung utama. Seperti namanya, di sini ditampilkan pertunjukan-pertunjukan berbau budaya. Bahkan ada pertunjukan akrobat. Menarik sebenarnya, sayang sepi penonton. Kemungkinan besar diakibatkan line-up di panggung utama dan panggung teknofutura lebih terkenal.
Lantas, Pasar Seni ITB juga menghadirkan banyak sekali stand. Ratusan mungkin. Dan ribuan orang yang datang kebanyakan memilih menghabiskan waktu berkunjung dari satu stand ke stand lainnya. Dari pagi sampai sore tak pernah jalanan di depan stand-stand itu terasa lengang. Padahal lokasi stand sendiri terbagi ke beberapa blok.
Hal yang tak mengherankan sebenarnya, mengingat acara ini bernama Pasar Seni. Jelas, tujuan utamanya adalah mengadakan sebuah pasar yang menjadi tempat transaksi jual beli. Stand-stand ini menjual berbagai hasil seni dan ada juga yang menjual makanan. Selain itu, dijual juga barang-barang biasa seperti sendal, pakaian, lampu, dan sebagainya.
Di tengah-tengah acara keliling stand, seorang teman meng-sms saya, memberitahu ada keramaian di Kampung Tradisi. Berbekal rasa penasaran, saya pun pergi ke sana. Ternyata di Kampung Tradisi, tamu dari Ibukota sedang beraksi. Yeah, anak-anak baru Institut Kesenian Jakarta (IKJ) berkumpul dan bernyanyi bersama. Kabarnya lagu yang dimainkan tadi akan dimasukkan ke kompilasi Kampus 24 Jam. Tak lama berselang, Bikinies yang sudah bersiap dari tadi, langsung memainkan lagu-lagu andalannya. Sorenya, dengan mic mati, Karon n Roll tampil heboh di Kampung Tradisi. Melihat situasi seperti ini, seorang vokalis band indie asal Jakarta yang juga mahasiswa IKJ berkata "Ini sih, kita kayak pindah tempat tongkrongan aja. Hahaha..."
***
Jika di Panggung Utama, semua pengunjung harus rela berpanas-panasan dan berpeluh keringat, lain lagi dengan situasi di Siangnite: TeknofuturaMengada-ada. Pertunjukkan yang diadakan di Gedung Campus Centre ini benar-benar aman dari sengatan matahari. Begitu melewati antrean, pengunjung disambut oleh sejuknya udara buatan. Dekorasi di dalam ruangan yang serba hitam dan gelap membuat suasana semakin adem saja. Dinding buatan dari karton hitam yang ditempeli hiasan kertas warna hijau lemon berbentuk mahluk-mahluk futuristik semakin melengkapi "kecanggihan" Siangnite: TeknofuturaMengada-ada.
Siangnite: TeknofuturaMengada-ada ini terbagi menjadi dua bagian. Keseluruhan lantai atas menjadi arena memamerkan karya segar dari seniman-seniman muda. Benar-benar segar karena banyak karya seni yang memancing mata pengunjung.
Misalnya karya dari Maya Annisa yang berjudul "Ga Ada Judul" dimana barbie-barbie cantik itu dipreteli hingga tak berbaju dan terkurung dalam sangkar. Lampu-lampu kecil aneka warna meliliti badan mungil sang barbie. Ada juga karya dari Arief Mulya yang memajang sebuah bidang dengan tonjolan di mana-mana. Ternyata tonjolan-tonjolan tadi adalah huruf braille, hehehe.
Begitu pun di lantai bawah, lebih banyak lagi karya seni yang menarik. Salah satunya adalah Robot Penjual Es Jeruk. Tampilannya futuristik seperti layaknya robot dan seperti namanya dia bisa menjual Es Jeruk seharga Rp. 3000. Lucunya, yang melayani ternyata bukan robot tapi beberapa manusia di belakangnya. Kecewa? Tidak juga. Beberapa pengunjung malahan dibuat tertawa oleh ulah si robot ini, tentunya setelah mereka membeli es jeruk.
Bau kecanggihan teknologi yang menjadi tema utama di Siangnite: TeknofuturaMengada-ada ini semakin tajam, ketika Svarghi tampil di panggung. Bermain solo dan masih sedikitnya penonton yang datang, musik yang dimainkan Svarghi tetap memesona. Begitu pula ketika Pal 17 menggantikannya di panggung. Dentuman musik synthe yang dipadu suara manusia berbalut efek semakin mendinginkan Siangnite: TeknofuturaMengada-ada.
Soul Delay pun tampil selanjutnya. Launching album kedua Homogenic adalah kali pertama saya bertemu dengan dua tekno pemalu ini. Tak banyak perubahan dari penampilan mereka dan musik yang dimainkan pun semakin solid. Hmm, saya semakin menggilai musik artifisial bikinan Soul Delay.
Di luar antrean Siangnite: TeknofuturaMengada-ada bertambah panjang, untung saja saya bertemu teman lama yang mengajak saya melewati jalan pintas. Pffuiih. Di dalam, suasana tak kalah seru dengan di luar. Ada Bonverbot yang beraksi di panggung. Iringan musik tekno yang dimainkan Bonverbot bertempo cepat dan mereka sukses menggiring penonton untuk berdisko. Disusul dengan penampilan enerjik Nadia dan kawan-kawan dari Inspirational Joni. Kostum putih-putih dan tata lampu yang aduhai, membuat penampilan band yang satu ini semakin ciamik. Biarpun mungil, Nadia tampil spektakuler. Penuh energi dan tak pernah capek berjingkrak mengikuti hentakan musik. She's really rock!
Rock n Roll Mafia tampil selanjutnya dan penonton semakin memenuhi Siangnite: TeknofuturaMengada-ada. Total ada empat track yang mereka mainkan, yaitu Hopes, Outbox, Television, dan Translove. Last but not least Siangnite: TeknofuturaMengada-ada punya Goodnight Electric. Tak usah ditanya lagi bagaimana penampilan trio Henry, Bondi dan Oomleo ini. Karena seperti biasa mereka sukses menghipnotis penonton untuk menggila bersama. Penonton bernyanyi bersama dan meneriakkan nama tiga personel Goodnight Electric tanpa henti. Fotografer saya pun sengaja berdiri di barisan depan dan hingga kini dia sering tersenyum sendiri sambil humming lagu "Supermarket I Am In".
Siyangnite: TeknofuturaMengada-ada? Damn! Kamu benar-benar membuat saya tersengat!
(Lika, Astrid, Yoga)