Where you can get Encore Magz with free!
Jakarta :
Kansas UI, crooz, error, nanonine, cafe Au Lait, RuangRupa, Cilandak Town Square, Ak'sara, gummo, bloop
Bandung :
347, airplane, soho, ouval, riotic, rocknrollhaircut, rumahbuku, cafeohlala, monik, illustre, arena, dloops, evil, wdzg, entrance, invictus, cosmic, ommonium, disctarra, circlek, tobucil, flashy, zoebookstore, unpad, unpar, anonim, disconnect, evil, let's shop, frontyard, cafehalaman
encore magz juga bisa didapatkan di: Bali, Jogjakarta, Semarang, dan Makasar!
your comments, band demo or you want to place ur ad, contact us :
Jl. Gama no.8 Cigadung Bandung 40191
Phone : (022) 91294696
Email : encore.magz@gmail.com
http://friendster.com/encoremagz
http://myspace.com/encore_magz
Artist : Delays
Album : You See Colours
Released : 2006
Label : Rough Trade
Styles : Brit-Pop, Dream Pop, Indie RockSynaesthesia mungkin kata yang paling tepat untuk menggambarkan album kedua band asal Southampton, Inggris ini. You See Colours terinspirasi dari fenomena psikologis yang mana ketika manusia mendengarkan musik, ia akan merasa seakan-akan ia melihat warna-warna tertentu dalam benaknya.
Masih bekerja sama dengan produser lama mereka, Graeme Sutton, kali ini Delays mencoba menambahkan lebih banyak elemen elektronik kedalam atmosfir 'summer' yang menjadi ciri khas mereka. Nuansa pop masih jadi menu utama, hanya saja kali ini Aaron Gilbert lebih banyak menuangkan kreatifitasnya melalui loops, sampling, dan lantunan synthesizer era 80-an. Vokal androgynous Greg memegang peranan penting di album ini, buat yang unfamiliar dengan Delays pasti bakal kebingungan menentukan gender sang vokalis yang memang terinfluence berat oleh Elizabeth Frazier.
You See Colours dawali dengan senjata pamungkas Delays, Yes, It's Greg's falsetto. "To the bitter end / I have fought alone / Now this cavalry / Is coming home" yang seakan mengisyaratkan kembalinya Delays setelah proses pembuatan album yang melelahkan (they lost the original demo CD halfway through the final recording!). Lalu terdengar multi-layered violin sample dengan presisi yang luar biasa apik, dan setelah beat drum mengambil alih ritme, "You And Me" dipastikan bakal jadi track favorit bagi siapa pun yang mendengarnya. Makes u want to play it over and over again! Perfect pop-song.
"Valentine", their comeback single, tentunya bukan track sembarangan. Dengan sampling bass yang mengingatkan kita pada musik disco Eropa tahun 80-an, track ini bisa dibilang the most danceable material from Delays ever! Warna-warna yang dijanjikan tajuk diatas kini mulai terlihat. Lanjut ke "Sink Like A Stone", kita disuguhi dengan harmonisasi vokal yang sangat baik seakan kita dibawa tenggelam kedalam harmoni melodi yang juga diperkuat oleh alunan synth dan tremolo gitar.
"Too Much In Your Life" terdengar sedikit menghentak tetapi tetap melodius, mengingatkan kita pada B-side mereka dua tahun lalu "Quiet". "Take Your Heart From Your Sleeve" yang lebih lembut, memberikan variasi tempo bagi album ini, it bring so much warmth and lush just like Valium. Penggunaan synth sebagai rhythm mengingatkan kita pada Technique-nya New Order. Di "Given The Time", influence The La's sangat terasa membalut melodi dan lagu yang dinyanyikan, terdengar seperti materi Delays di album pertama.
"Hideaway", dengan aransemen yang catchy, bahkan kalau saja vokalisnya bukan Greg Gilbert mungkin akan terdengar seperti boybands yang sekarang ramai-ramai menyamar maen alat musik. "Waste Of Space" jadi lagu penutup yang pas, sentuhan piano dan gitar akustik mengalun lembut menemani vokal Greg yang di track ini lebih mendayu-dayu lagi.
You See Colours memang sukses menyatakan kelangsungan eksistensi Delays, fusing dancefloor excitement with 90s indie pop movement, tapi entah kenapa album ini terasa kurang dalam dan sentimentil. Secara produksi album ini memang patut diacungi jempol, tapi materi-materi yang ditawarkan dalam lirik-lirik Greg terasa mengada-ada dan lebih terfokus pada rima daripada maknanya sendiri. Maybe this album doesn't suppose to mean anything, almost like having one nightstand on a mid-summer holiday, it's all surface no feeling. But hey, who wouldn't have it anyway?
(eko)